gravatar

konstruktivisme

BUKU DAN KAMUS: Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, hlm 264. Kam. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3 – Cetakan 1. Jakarta: Balai Pustaka, hlm 828. Rogers, Everett. M. 1994. A History of Communication Study: A Biographical Approach. New York:The Free Press. West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Buku 1 edisi ke-3. Terjemahan. Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta: Salemba Humanika. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Grasindo-Gramedia Widiasarana Indonesia. SUMBER INTERNET: Hidayat, Dedy Nur. 2004. Menghindari Kriteria kualitas yang Monolitik dan Totaliter. Pengantar Jurnal Thesis, September – Desember 2004. melalui http://72.14.235.132/search?q=cache:_UHGE631U3gJ:
www.digilib.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/113870-TJPI-III-3-Sept
Des2004VII.pdf+MENGHINDARI +QUALITY+CRITERIA+YANG+M
ONOLITIK+DAN+TOTALITER,+pengantar+jurnal+thesis,+septemb
er-desember+2004&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id.html
Sani, M. Abdul Halim. 2007. Teori-Teori Sosial; Dari Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Intergralistik. WordPress.com- weblog. Melalui http://abdulhalimsani.wordpress.com/2007/09/06/ teori-teori_sosial;Dari_Ilmu_Sosial_Sekuleristik_Menuju_Ilmu_ Sosial_Intergralistik /html [09/06/2007] RINGKASAN PRESENTASI KONSTRUKTIVISME DAN KRITIKAL Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal. 18

Judul :Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi : Perspektif Konstruktivisme & Kritikal Nama / NPM:Ulviah Muallivah 200822310003 Ulul Azmi 200822310004 Martin Wiliam 200822310006 M. Eric Harramain 200822320003 Dosen :Dr. Umaimah Wahid Hari/Tanggal:Selasa / 28 April 2009 MATA KULIAH TEORI DAN PERSPEKTIF KOMUNIKASI
SEKOLAH PASCASARJANA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
PENDAHULUAN Paradigma menurut Guba dan Lincoln (1994)dalam Hidayat (2004), mengajukan tipologi yang mencakup empat paradigma: positivisme, postpositivisme, Kritikal et al, dan konstruktivisme. Dikemukakan oleh Guba, bahwa setiap paradigma membawa implikasi metodologi masing-masing. Paradigma konstruktivisme memandang realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri. Paradigma kritikal tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filosof Jerman Karl Marx, yang kemudian memunculkan orang-orang yangmengembangan teori Marxian guna memecahkan persoalan yang dihadapi saat ini. Secara umum Mazhab Frankfrut dalam kelahirannya bertujuan untuk mengkritisi pemikiran ilmu sosial. Pemikiran Mazhab Frankfrut muncul karena kekecewaan terhadap pengaruh paradigma positivis, dimana melahirkan perspektif objektif yang pengaruhnya masuk ke dalam seluruh disiplin ilmu pengetahuan. Kenyataan paradigma positivis ini yang menimbulkan krisis dalam jangka waktu yang lama, oleh karena itu Mazhab Frankfut menawarkan pemikiran alternatif yang baru yaitu Teori Kritis. PENJELASAN PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DAN PARADIGMA KRITIKAL Menurut kamus komunikasi (1989: 72) definisi Konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur. Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkunstuksi realias sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin”, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. (Sani. 2007: 1). Paradigma kritikal lahir melalui salah satu aliran pemikiran kiri baru yang cukup terkenal yaitu pemikiran Sekolah Frankfurt atau dengan nama lain Institut penelitian sosial di Frankfurt (Institut für Sozialforschung) yang didirikan pada tahun 1923 oleh seorang kapitalis yang bernama Herman Weil. (Menurut Horkheimerdalam Everett M. Roger, 1994), Sekolah kritikal yang menjadi salah satu sifat dasar dari teori kritis adalah selalu curiga dan mempertanyakan kondisi status quo di masyarakat dewasa ini. Karena kondisi masyarakat yang kelihatannya produktif dan bagus yang tampak dipermukaan tersebut sesungguhnya terselubung struktur masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak. Paradigma teori kritis, dimana teori ini memiliki ide suatu teori atas ketidakadilan yang terjadi dibalik fenomena sosial. Teori kritis banyak diilhami oleh ajaran Marxis atau neo-Marxis (kiri baru). Menurut Profesor filosofi dari Universitas Frankfrut
yang bernama Jurgen Habermas, dimana Habermas menolak positivist dan hal-hal yang mengutamakan materialisme. Habermas menginginkan komunikasi itu sebagai bentuk emansipatoris dan bebas dari ekspolitasi (Roger, 1994: 124). IMPLIKASI DALAM ILMU/TEORI DAN METODOLOGI Implikasi dari paradigma konstruktivisme digambarkan dengan komunikasi yang berbasis pada “konsep diri” berdasarkan teori Bernstein. Menurut Ardianto (2007: 159). Implikasi paradigma konstruktivisme tidak dapat dipisahkan dari tiga logika dasar desain pesan, yaitu ekspresif, konvensional, dan retoris [O’Keefe dan Shepherd, 1987dalam Ardianto (2007: 164)]. Implikasi dalam paradigma kritikal menerangkan bahwa teori kritis berangkat dari fenomena atau realitas sosial yang ada berdasarkan idealisme. Implikasi kritikal dapat di lihat dalam Cultural Studies (studi tentang budaya), dan studi tentang feminisme. Tujuan penelitian dengan pendekatan kritis sosial, emansipasi, transformatif, dan penguatan sosial. Pada paradigma ini posisi peneliti yaitu menempatkan diri sebagai aktivis, advokat, dan transformasi intelektual. Nilai, etika, pilihan moral bahkan keberpihakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari analisis. KRITIK TERHADAP PARADIGMA Kritik terhadap paradigma konstruktivisme dimana, kurang sensitif pada proses produksi, dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Paradigma kritikal dalam mengkritisi sesuatu, menstigmakan suatu realitas sosial kadang terkesan dogmatis daripada ilmiah, hal ini dilandasi pemahaman ideologis tadi. KESIMPULAN Kesimpulan kami terhadap teori konstruktivismedimana, kata kunci paradigma konstruktivisme adalah pendekatan antar pesona, melalui komunikasi yang berbasis pada “konsep diri”. Paradigma ini dalam membangun (mengkonstruksi) pemahaman atau makna, secara bersama-sama melalui pemahaman berbasis pada subjek, dengan menggunakan elaborasi kode yang mana, menghargai perasaan, kepentingan, dan sudut pandang orang lain. Kata kunci untuk paradigma kritikal adalah idealisme, dimana teori kritis selalu curiga dan mempertanyakan kondisi ”status quo” di masyarakat. Teori kritis memandang bahwa realitas sosial yang tampak baik dipermukaan adalah sesuatu yang semu, karena setiap realitas yang ada, terdapat unsur kepentingan kaum dominan dibelakangnya, dan pada akhirnya bertujuan untuk memanipulasi kenyataan yang ada pada realitas social di masyarakat.

Pengikut